Pramuka
21 Desember 2023SRBI
15 Februari 20242 Metode Rasulullah ﷺ Dalam Mendidik Anak
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْم
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, dan kami memohon petunjuk dan ampunan-Nya.Dan kami memohon perlindungan kepada Allah dari kedengkian jiwa kami sendiri, dan kejahatan amalan kami.Siapa yang Allah beri petunjuk, tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang disesatkannya, tidak ada yang bisa menyesatkannya kembali ke jalan yang benar.
Jika kita menanggapi pertanyaan tentang metode pembelajaran yang baik dalam dunia pendidikan saat ini, maka di antara kita akan teringat dengan metode pembelajaran yang dikemukakan oleh pemikir – pemikir barat. Sementara kita lupa bahwa ada sosok mulia beliau Rasulullahﷺ yang telah berhasil mencetak generasi hebat, generasi nubuwwah yaitu para sahabat, seperti Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan.
Metode tarbiyah Islimiah tidaklah sulit untuk diterapkan. Metode beliau Rasulullah dalam mendidik para sahabat dapat mengubah dan mendidik generasi muda menuju kesempurnaan tarbiyah yang diridhoi Allah.
Banyak metode yang bisa kita jadikan tauladan dari beliau Rasulullahﷺ dalam mendidik generasi nubuwwah, tapi pada pembahasan kali ini hanya dua metode yang dibahas yaitu : Melontarkan pertanyaan pemantik dan Mendidik melalui perumpamaan.
Melontarkan Pertanyaan Pematik
Saat kita sedang berbicara di hadapan siswa kita, cara apa yang hendak kita lakukan agar mereka tertarik pada pembicaraan kita? Apakah kita mengomentari topik pembicaraan terlebih dahulu? Ataukah langsung masuk ke dalam tema pembicaraan? Atau memilih langkah lain? Sementara itu, ada semacam teori yang menekankan bahwa kemampuan kita menarik minat merupakan modal dasar keberhasilan mentransfer ide kepada orang lain.
Sebagai gambaran, mari kita cermati hadits – hadits berikut ini:
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya:
§ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟
“Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?”
(Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, juz pertama, hadits no. 87)
أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“ Relakah kalian bila menjadi seperempat penduduk surga?”
(HR.Muslim no. 325)
أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟
“Apakah kalian tahu, ke mana matahari ini pergi?”
( HR. Muslim no.228)
Melalui pertanyaan – pertanyaan seperti itu, Rasulullahﷺ telah berhasi memberikan motivasi munculnya ide kepada ummatnya. Cara efektif untuk menarik minat di antaranya, adalah melalui pertanyaan pemantik. Cara beliau Rasulullahﷺ seperti itu sering juga kita saksikan dalam pendidikan masa kini, yang muncul sekitar dua puluh tahun lalu. Sebelum itu, dalam teori pendidikan, kita hanya mengenal sistem tradisional yang langsung mengetengahkan ide tanpa dipancing dengan berbagai pertanyaan pematik yang dapat membantu munculnya ide.
Minat dapat ditumbuhkan dengan cara mengarahkan potensi dimiliki oleh anak menuju peminatan bidang tertentu yang ingin dicapai. Tanggapan dari potensi bisa berupa reaksi internal dan bisa juga pengaruh eksternal. Minat akan muncul jika kita memiliki bentuk pilihan atau pandangan terhadap sesuatu hal atau objek yang dapat dijangkau indra maupun yang terlahir dari pikiran – pikiran individual. Jika seseorang mengarahkan konsentrasinya pada suatu objek melalui salah satu motivator, lahirlah yang ada di lingkungan luar atau melalui pengaruh internal yang bergejolak dalam benak seseorang, tentunya objek akan menempati posisi yang kuat dalam benak dan perasaannya. Sementara pengaruh – pengaruh lain hanya di tepian perasaan. (Ilmu An Nafsi At Ta’limi, hal. 207)
Nilai – nilai Tarbiyyah
1. Ketika pertanyaan pematik diajukan, saat itu pula masalah yang tengah dibicarakan terbatasi. Hasilnya, kita tidak sibuk membatasi dan mengidentifikasi masalah, sehingga lebih fokus apa yang sedang kita diskusikan. Dan pembicara berhasil menarik minat pendengarnya.
2. Melalui pertanyaan – pertanyaan pematik, seolah – olah anak tertantang untuk berbicara tentang objek tertentu, Tantangan tersebut dapat memotivasi anak untuk berlomba – lomba berpikir agar dapat menjawab pertanyaan. Selain itu anak akan senantiasa setia mengikuti jalannya pembicaraan. Sehingga terciptalah interaksi timbal balik antara pendidik dan siswa.
3. Ide yang disampaikan melalui pertanyaan – pertanyaan pun akan menempati posisi yang penting dalam diri anak. Misalkan saja, tanggapan atas ide yang muncul dengan kalimat “ ghibah adalah menceritakan keburukan orang lain “ tentu akan berbeda dengan “tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu, sahabat – sahabat Rasulullahﷺ sendiri langsung menjawab, “ Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, sebelum Rasulullahﷺ sendiri menyampaikan jawabannya. Rasakan bedanya, cara yang pertama tidak memantik pemikiran atau ide dari anak untuk mencari jawabannya, sementara pertanyaan ke dua memberikan motivasi yang kuat dalam jiwa anak karena menggunggah minat untuk mencari tahu.
4. Jika kita menganalisa secara cermat ternyata pengajuan pertanyaan pun mampu merealisasikan tujuan pengetahuan, tujuam perasaan, dan tujuan kejiwaan yang dinamis. Misalnya, melalui pertanyaan, “ Tahukah kalian ke mana matahari pergi?” Rasulullah ﷺ telah menumbuh keinginan para sahabat untuk meningkatkan pengetahuan tentang matahari.
Lewat pertanyaan pematik, pembicara telah menyibukkan pikiran anak untuk mencari jawaban. Cara tersebut sangat efektif dan tepat agar materi mudah teresapi serta teringat dalam benak anak.
Mendidik Melalui Perumpamaan
Rasulullah ﷺ memiliki keistimewaan dalam tabiat yang baik, akhlak yang mulia termasuk kefasihan dalam berbicara. Beliau berbicara menggunakan kalimat sederhana tapi memiliki keindahan bagi siapa saja yang mendengarkan.Tak jarang beliau menggunakan sebuah perumpamaan. Ketika memberi pengajaran kepada para sahabat beliau.Perumpamaan yang beliau gunakan adalah perumpamaan yang bersungguh – sungguh dan baik, yang berfungsi menerangkan, bukan hanya sekedar basa – basi.
Jika kita mengkaji Al Quran maka kita juga akan menemukan Allah menggunakan perumpamaan – perumpamaan yang mengandung keindahan sastra yang tinggi, contoh pada Surah Al Baqarah ayat 171:6
وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَاءً وَنِدَاءً ۚ صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
“Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.”
Allah memberi perumpamaan tentang menyeru kepada kaum kafir seperti seorang penggembala yang memanggil hewan ternaknya, tidak mendengar selain hanya panggilan saja. Dengan sebuah perumpamaan, maka penyampaian materi akan lebih menarik dan mudah dipahami.
Dalam dunia pendidikan masa kini, ita dapat mengambil pelajaran bahwa sasaran perumpamaan tersebut adalah agar tercapainya tujuan pengajaran yaitu :
1. Memberikan ilustrasi kepada pendengar
2. Memberi motivasi kepada pendengar agar memiliki ide atau gagasan untuk dikemukakan.
3. Memberi informasi positif untuk menarik minat atau sebaliknya memberi informasi negatif agar hal itu bisa dijauhi.
4. Mengguggah minat dari dalam diri anak, sehingga dapat mengembangkan minat dan bakat dalam hal yang positif.
5. Mempertajam nalar dalam berpikir kritis.
Perumpamaan merupakan metode efektif dalam pembelajaran, karena dengan penyampaian kalimat yang indah dapat menarik perhatian anak untuk mengembangkan ide pemikiran serta bakat yang dimilikinya.
Dalam hadits no. 2811 yang diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu Umar berkata, “ Rasulullah ﷺ menyuruh para sahabat untuk menceritakan pohon yang dapat diumpamakan kepada orang mukmin. Para sahabat serentak menyebutkan nama sebuah pohon yang ada di gurun Sahara.Dalam benakku terlintas bahwa itu adalah pohon kurma.Aku ingin mengatakannya. Tapi, aku segan karena para sahabat lain adalah pembesar kaum. Saat mereka diam, Rasulullah ﷺ berkata, “ Itu adalah pohon kurma.”
Kaum mukmin ibarat pohon kurma, pohon kurma memiliki jenis betina dan jantan, begitu juga dengan mukmin, pohon kurma tidak berbuah kecuali dikawinkan, begitu juga dengan seorang mukmin. Pohon kurma akarnya menghunjam ke bumi, batangnya menjulang tinggi, buah dari iman dalam diri seorang mukmin juga kokoh akar dan dahannya merebak ke langit.
Pohon kurma sabar sekali, saat kelangkaan air,saat diterpa angin kencang, serta diberbagai kondisi sulit. Begitu juga dengan seorang mukmin besar kesabarannya dalam menghadapi berbagai situasi dan fitnah yang senantiasa didengarnya sebagaimana keteguhan Imam bin hambal rahimahullah.
Dalam sebuah pembelajaran, akan sangat menarik jika seorang pendidik memberikan sebuah perumpamaan saat membahas suatu materi, agar anak didik berpikir kritis menemukan jawaban dari perumpamaan yang dilontarkan oleh seorang pendidik. Anak akan terlatih menyampaikan ide atau gagasan yang dimiliki.Juga melatih kepekaan menganalisa berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari.
Beliau Rasulullahﷺ adalah contoh dan tauladan yang agung bagi seorang pendidik, bagaimana beliau mendidik para sahabat hingga menjadi generasi terbaik dan generasi yang tangguh.
Daftar Pustaka
1) Al Qur’anul Karim
2) Barakat,Muhammad Khalifah, ‘Ilmu An Nafsi At Ta’limi’, Kuwait: darul Qalam.
3) Harun, Abdus Salam, ‘ Tahdzib Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam’, Jakarta: Darul Haq,2003.
4) Al ‘Amir, Najib Khalid, ‘ Tarbiyah Rasulullah’, Jakarta: Gema Insani,1994.